
Hajiumrahnews.com — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan bahwa hampir 67 persen pengangguran di Indonesia saat ini didominasi oleh generasi Z atau Gen Z. Kondisi tersebut dinilai berkaitan erat dengan keterbatasan lapangan kerja formal yang layak di dalam negeri.
“Dan ini yang saya paling khawatirkan sekarang adalah pengangguran terbesar itu ternyata ada di Gen Z. Hampir 67 persen,” ujar Shinta dalam talk show Economic Outlook 2026 yang ditayangkan Kompas TV, Selasa (16/12/2025).
Shinta menegaskan, penyediaan lapangan kerja menjadi tantangan besar yang terus disuarakan Apindo kepada pemerintah. Ia menilai penurunan angka pengangguran terbuka tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi riil, karena didorong oleh peningkatan pekerja sektor informal.
Di Indonesia, seseorang yang bekerja minimal satu jam dalam sepekan sudah dikategorikan sebagai bekerja. “Sekarang sebagian besar pekerja itu ada di sektor informal. Hampir 59 sampai 60 persen,” kata Shinta.
Kondisi ini mendorong meningkatnya jumlah pekerja di sektor ekonomi gig, seperti pengemudi ojek daring, serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Selain dominasi sektor informal, Shinta juga menyoroti menurunnya daya serap tenaga kerja dari nilai investasi yang sama dibandingkan beberapa tahun lalu. Menurutnya, sekitar tujuh tahun lalu, investasi sebesar Rp1 triliun mampu menyerap hampir 4.000 tenaga kerja.
“Sekarang dengan nilai investasi yang sama hanya bisa menyerap sekitar 1.200 tenaga kerja. Berarti turun hampir seperempatnya,” ujarnya.
Penurunan tersebut, lanjut Shinta, dipengaruhi oleh percepatan digitalisasi dan otomatisasi di sektor industri yang membuat kebutuhan tenaga kerja semakin berkurang. “Kita melihat dengan era digitalisasi, otomatisasi, penyerapannya lebih rendah lagi,” katanya.
Dalam program yang sama, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan bahwa pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2026 mencapai 6 persen. Namun, angka tersebut dinilai belum cukup untuk menyerap seluruh angkatan kerja baru.
“Jadi 5,4 persen itu nanti masih banyak yang menganggur, yang baru masuk usia kerja 18 sampai 20 tahun masih banyak yang enggak dapat kerjaan,” ujar Purbaya.
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi ideal agar pencari kerja baru terserap secara optimal berada di kisaran 6,7 persen. “Kalau 6,7 persen, anda lebih gampang cari kerja. Teman-teman yang baru lulus enggak usah pusing-pusing cari kerja,” katanya.
Fenomena dominasi pengangguran Gen Z menjadi sinyal penting bagi pemerintah dan dunia usaha untuk memperkuat penciptaan lapangan kerja layak, meningkatkan kualitas investasi padat karya, serta menyiapkan generasi muda agar adaptif terhadap perubahan dunia kerja di era digital.