Hajiumrahnews.com, Jakarta — Sepasang traveler asal Spanyol baru-baru ini menghadapi kekecewaan besar saat terbang ke Puerto Rico. Mereka gagal boarding setelah menerima informasi keliru dari ChatGPT. Dalam video yang beredar di media sosial, salah satu dari mereka, Mery Caldass, tampak meneteskan air mata di bandara saat mereka dilarang naik pesawat menuju tujuan akhir mereka.
Mery mengaku, “Aku selalu melakukan riset, kali ini aku tanya ChatGPT, dan jawabannya 'tidak' (perlu visa). Jadi kami yakin bisa masuk.” Namun, hal itu salah. Sementara wisatawan asal Spanyol memang tidak membutuhkan visa untuk Puerto Rico, mereka tetap wajib mengajukan Electronic System for Travel Authorization (ESTA), karena Puerto Rico adalah wilayah Amerika Serikat.
Video tersebut langsung viral di TikTok dengan lebih dari 6 juta tampilan. Masyarakat riuh memberi tanggapan beragam—ada yang menertawakan keputusan berangkat hanya bermodal jawaban AI tanpa verifikasi, sementara sebagian membela bahwa kesalahan mungkin terletak pada cara pertanyaan yang mereka ajukan ke ChatGPT.
Kejadian ini mencuatkan diskusi penting tentang sejauh mana pengguna harus menggantungkan diri pada kecerdasan buatan untuk informasi penting. Sebelumnya, kasus serupa juga muncul ketika seorang pria Amerika Serikat salah mengikuti saran diet dari ChatGPT—mengolah garam dapur menjadi natrium bromida, yang ternyata bersifat racun. Pria tersebut dilaporkan mengalami kondisi serius hingga dirawat di rumah sakit selama tiga minggu.
Dua kasus tersebut menjadi pengingat tegas bahwa AI—walau canggih—tidak boleh menggantikan verifikasi dari sumber resmi dan pakar berwenang. Khususnya dalam hal perjalanan internasional dan masalah kesehatan, penting untuk memastikan informasi berasal dari otoritas seperti kedutaan, maskapai penerbangan, atau lembaga kesehatan profesional. AI dapat membantu sebagai titik awal, bukan satu-satunya rujukan.