Hajiumrahnews.com – Lempar jumrah menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yang sarat makna spiritual. Ritual ini tidak sekadar melempar batu kecil ke tugu setan (jumrah), melainkan simbol penolakan dan perlawanan terhadap bisikan setan yang menyesatkan manusia, sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
Menurut Fiqh As-Sunnah karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan oleh Khairul Amru Harahap dan tim, mayoritas ulama sepakat bahwa lempar jumrah adalah wajib haji, bukan rukun. Artinya, jika tidak dikerjakan, ibadah hajinya tetap sah namun harus dibayar dengan dam (denda).
Dalam pelaksanaannya, jemaah akan melempar ke tiga titik:
Jumrah Ula (Sughra)
Jumrah Wustha
Jumrah Aqabah
Ritual ini dilaksanakan mulai 10 hingga 13 Zulhijah. Namun, pernahkah kita bertanya: ke mana perginya semua kerikil yang dilempar setiap musim haji oleh jutaan jemaah?
Menurut laporan Arab News yang dikutip pada Sabtu (7/6/2025), kerikil-kerikil tersebut sebenarnya tidak dibiarkan berserakan. Setelah dilempar, batu-batu kecil itu jatuh ke ruang bawah tanah fasilitas Jamarat yang memiliki kedalaman sekitar 15 meter.
Ahmed Al Subhi, karyawan dari Kidana Development Company — pengembang utama kawasan suci — menjelaskan bahwa kerikil-kerikil tersebut akan dikumpulkan melalui sabuk konveyor otomatis, lalu disaring dan dicuci bersih menggunakan air untuk menghilangkan debu dan kotoran.
Setelah proses pembersihan, kerikil itu disimpan dan akan digunakan kembali untuk musim haji di tahun-tahun berikutnya. Proses ini menjadi bagian dari sistem pengelolaan logistik haji yang canggih dan efisien.
Kidana juga menyediakan ratusan titik distribusi kerikil di Muzdalifah dan sekitar Jembatan Jamarat di Mina, agar jemaah bisa mendapatkan batu yang layak untuk ritual ini tanpa harus mengambil dari sembarang tempat.
Sebagai pengingat, lempar jumrah adalah napak tilas dari perjuangan Nabi Ibrahim AS, yang tiga kali dihadang setan saat hendak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Nabi Ibrahim tetap teguh dan melempar batu ke arah setan sebagai bentuk penolakan terhadap ajakan untuk menyimpang.
Spirit itu lah yang ditanamkan kepada jutaan jemaah haji setiap tahunnya: untuk terus melawan godaan dalam kehidupan, menjaga keikhlasan, dan meneguhkan ketaatan kepada Allah SWT.
Melalui sistem yang terkelola baik, Arab Saudi membuktikan bahwa pengelolaan ibadah haji tak hanya mengutamakan kenyamanan jemaah, tetapi juga memikirkan efisiensi dan kelestarian sumber daya. Lempar jumrah pun kini tak hanya ritual spiritual, tetapi juga bagian dari sistem manajemen ibadah modern yang menginspirasi.