Syukuran Pulang Haji: Makna Sosial dan Spiritual dari Tradisi Walimatul Naqi’ah

Hajiumrahnews.com — Setelah menunaikan rangkaian ibadah haji, banyak jemaah di Indonesia menyambut kepulangan mereka dengan tradisi syukuran yang dikenal sebagai walimatul naqi’ah. Acara ini bukan sekadar seremonial, tetapi memiliki makna mendalam baik secara sosial maupun spiritual.

Walimatul naqi’ah secara umum merupakan jamuan makan dan doa bersama untuk menyambut jemaah yang pulang—biasanya disertai pembacaan ayat suci Al‑Qur’an, sambutan tokoh agama, hingga kisah pengalaman spiritual selama di Tanah Suci. Dalam tradisi lokal, nama dan pelaksanaan bisa berbeda, seperti “tasyakuran sukses haji” atau “peusijuek” di Aceh.

Acara ini memiliki beberapa tujuan utama. Pertama sebagai bentuk syukur atas selesainya ibadah dan keselamatan saat kembali. Kedua, sarana untuk mempererat silaturahim antara keluarga, tetangga, dan komunitas, dengan menegaskan nilai kebersamaan. Ketiga, sebagai penguat kemabruran haji, di mana jemaah diajak meneruskan nilai ibadah mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun rangkaian acara syukuran umumnya meliputi doa pembuka, sambutan, jamuan makan, sesi berbagi pengalaman spiritual dari para jemaah, dan doa penutup. Selain itu, ada tradisi pembagian oleh‑oleh khas Tanah Suci—seperti air Zamzam, tasbih, atau kurma—sebagai tanda simbolis dari perjalanan suci.

Dengan menjaga tradisi ini, jemaah tidak hanya merayakan capaian ibadah, tetapi juga menyuntikkan pesan spiritual kepada orang di sekitarnya. Syukuran pulang haji menjadi momen penting yang menandai kelanjutan perjalanan spiritual dalam keseharian, memperkuat rasa syukur, dan menumbuhkan harapan agar kemabruran senantiasa terjaga.